CSR Reaktif & Proaktif

Dr. Maria R. Nindita Radyati – Majalah Real Estate Indonesia, Mei 2017

Masih banyak pimpinan perusahaan maupun tim CSR menganggap Corporate social responsibility (CSR) adalah suatu alat untuk “pemadam kebakaran”, terutama di industri yang bekerja berhubungan dengan komunitas. CSR jenis ini biasanya terjadi jika perusahaan mengalami suatu isu yang dapat membahayakan reputasi atau kelancaran operasi perusahaan. Misalnya oleh karena sesuatu hal, masyarakat melakukan protes kepada perusahaan dengan menutup akses menuju pabrik/proyek yang sedang di-kerjakan perusahaan, sehingga kendaraan perusahaan tidak dapat lewat, akibatnya mengganggu kelancaran produksi.

Hal ini tentunya dapat beresiko merusak reputasi perusahaan jika ada media yang meliputnya atau ada yang mengunggah ke media sosial. Untuk mengurangi resiko tersebut, maka perusahaan biasanya melakukan kegiatan CSR, entah bentuknya filantrofi (seperti donasi, sponsorship kegiatan, memberi sumbangan dalam bentuk selain uang, dll.) maupun bentuk lainnya. CSR yang seperti ini bersifat reaktif. Kadang-kala dalam kondisi tertentu, misalnya manajemen krisis seperti contoh di atas, maka CSR reaktif memang diperlukan. Akan tetapi ada juga CSR reaktif yang dilakukan karena nnennenuhi pengajuan proposal dari masyarakat.

Kadangkala jika proposal yang diajukan berupa program yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat luas dan meningkat-kan reputasi perusahaan, maka program seperti ini layak didukung oleh perusahaan. Akan tetapi banyak prakteknya di Indonesia, proposal yang diajukan masyarakat kurang sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga tidak memberikan dampak yang luas, maka dukungan CSR untuk proposal semacam ini menjadi kurang efektif. Untuk itu sebaiknya perusahaan mempunyai kriteria yang jelas atas kualitas program seperti apa yang dapat diberikan bantuan CSR.

Perusahaan juga dapat mempersiapkan kegiatan CSR secara proaktif, yakni merencana-kan terlebih dahulu di awal tahun dengan tujuan memiliki keunggulan kompetitif dibanding pesaing dan membina hubungan yang baik dengan para pemangku-kepentingan yang relevan, seperti karyawan, konsumen, pemasok, pemerintah, dII. CSR proaktif merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam strategi bisnis.

Bagaimana cara melakukan CSR secara proaktif?
Berikut ini ada beberapa tips singkat yang minimal dapat dimulai oleh perusahaan untuk mempersiapkan CSR proaktif, yakni:
1. Mengidentifikasi dan menganalisa resiko bisnis perusahaan. Rencanakan program CSR yang dapat memitigasi resiko bisnis tersebut.
2. Mengidentifikasi dampak negatif dari kegiatan bisnis perusahaan, misalnya berkurangnya air tanah di daerah tersebut karena dipergunakan untuk proyek yang anda kerjakan; polusi udara, suara, atau lainnya. Setelah teridentifikasi, maka perusahaan dapat merencanakan kegiatan-kegiatan CSR apa yang dapat mengurangi dampak negatif tersebut di atas.
3. Mengidentifikasi CSR apa yang dapat dilakukan di internal perusahaan, yang berkaitan dengan operasi bisnis. Misalnya mengidentifikasi efisiensi energi apa yang dapat dilakukan, misalnya penghematan energi atau mengganti teknologi agar tercapai efisiensi energi. Selanjutnya mengidentifikasi apa saja yang dapat didaur-ulang agar dapat dipergunakan sebagai sumber daya lagi bagi perusahaan, misalnya puing bangunan. Dapat juga diidentifikasi penggunaan kembali apa yang dapat dilakukan agar terjadi penghematan; misalnya kertas, plastik, dll.
4. Merencanakan bagaimana melibatkan seluruh karyawan dalam kegiatan CSR. Misalnya CSR efisiensi energi. Seperti di Helsinki, Finlandia, Kantor Walikotanya mengadakan kompetisi penghematan energi untuk semua Departemen di dalamnya. Untuk Departemen yang mampu mengurangi energi dengan prestasi terbaik, maka seluruh karyawan di Departemen tersebut mendapatkan bonus di akhir tahun. Karyawan juga dapat dilibatkan dalam kegiatan CSR lainnya, sehingga seluruh pihak terlibat dan mempunyai komitmen.
5. Mengkomunikasikan kepada konsumen tentang komitmen CSR perusahaan serta dampak yang telah tercipta dari kegiatan CSR. Hal ini penting untuk membuat konsumen mengetahui keunggulan perusa-haan anda yang menjalankan bisnis secara bertanggung-jawab dan berkelanjutan. Sehingga konsumen bangga menjadi pelanggan perusahaan anda, dan tidak berpindah ke pesaing anda.
6. Jika perusahaan ingin melakukan kegiatan CSR untuk komunitas, maka sebaiknya dimulai dengan pemetaan sosial terlebih dahulu sehingga mempunyai data yang relevan sebelum membuat anggaran untuk program-program komunitas. Pemetaan sosial dilakukan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat, para pemangku kepentingan yang berkaitan dengan kebutuhan tersebut, isu-isu yang sedang berlangsung di masyarakat, dll. Dengan mengetahui itu semua, maka diharapkan perusahaan dapat merencanakan program CSR yang tepat untuk komunitas yang dituju.

Diharapkan dengan menjalankan keenam langkah tersebut, perusahaan dapat merencanakan CSR secara proaktif

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top