Strategi Pelibatan Pemangku-Kepentingan

Dr. Maria R. Nindita Radyati – Majalah Real Estate Indonesia, Januari 2017

Semua perusahaan mempunyai pemangku-kepentingan, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Pemangku-kepentingan di dalam perusahaan adalah para karyawan, sedangkan yang di luar terdiri dari para pemasok atau vendor, konsumen, pemerintah daerah dan pusat, komunitas setempat, maupun masyarakat umum.

Banyak definisi pemangku-kepentingan, salah satunya adalah mereka yang terkena dampak kegiatan perusahaan dan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Banyak kasus yang menunjukkan kurangnya dukungan dari para pemangku-kepentingan yang dapat menghambat kelancaran proyek. Misalnya masyarakat tidak memberi ‘izin sosial’ (social license to operate) dengan memblokir jalan, melakukan demonstrasi, dan lainnya. Kadang kala pemerintah setempat belum memberi izin karena ada dokumen yang kurang lengkap atau alasan lainnya. Atau bahkan karyawan tidak semua men-dukung sepenuhnya kegiatan perusahaan karena kurangnya komunikasi sehingga adanya perbedaan antara kenyataan atau kemampuan perusahaan dan harapan karyawan.

Oleh sebab itu agar proses pencapaian tujuan perusahaan berjalan lancar, maka perusahaan perlu melakukan kegiatan e-ngagement atau pelibatan pemangku-kepentingan. Terutama bagi perusahaan konstruksi dalam menjalankan suatu proyek pembangunan, sangat penting melakukan pelibatan pemangku-kepentingan baik yang berada di luar maupun di dalam perusahaan. Terdapat beberapa langkah penting dalam pelibatan pemangku-kepentingan, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

  1. Identifikasikan terlebih dahulu apa isu dan tantangan utama yang dihadapi perusahaan dalam mencapai kelancaran proyek.
    2. Selanjutnya identifikasi siapa saja pemangku-kepentingan yang relevan dengan issue atau tantangan tersebut di atas.
    3. Kemudian lakukan analisa atas pemangku-kepentingan yang telah diidentifikasi di no.(2), siapa saja yang menentang kegiatan atau proyek, mendukung, atau tidak acuh dengan adanya proyek pembangunan.
    4. Setelah analisa dilakukan, maka perusahaan dapat menentukan bentuk ‘pe-ngelolaan’ atau penanganan atau manajemen pemangku-kepentingan.
    5. Terakhir adalah menentukan strategi pelibatan pemangku-kepentingan.

Berdasarkan hasil analisa maka dapat ditentukan bentuk manajemen pemangku kepentingan. Manajemen pemangku-kepentingan dapat menggunakan metode komunikasi, negosiasi, kolaborasi formal dan memelihara hubungan atau relasi serta membina mereka agar dapat berprilaku untuk menunjang kelancaran proyek atau kegiatan perusahaan dan bermanfaat untuk pemangku-kepentingan lainnya (dimodifikasi dari Harrison dan St John 1996). Jika mereka (pemangku-kepentingan) tidak acuh terhadap proyek yang berjalan, maka perusahaan dapat sekadar memberikan informasi tentang perkembangan proyek jika ada pertanyaan. Sebaliknya jika mereka menentang keberadaan proyek, maka perusahaan harus melakukan negosiasi. Namun jika pemangku-kepentingan mendukung keberadaan proyek, maka mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan perusahaan.

Jika peluang untuk terlibat dalam proyek tidak memungkinkan, maka perusahaan dapat melibatkan mereka dalam kegiatan community development. Kegiatan yang dapat diciptakan tentunya tergantung kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu perusahaan juga perlu melakukan pemetaan atas kebutuhan dan potensi masyarakat setempat sebagai dasar utama untuk melakukan pelibatan pemangku-kepentingan. Metode pelibatan (engagement method) dapat berbentuk formal maupun informal. Bentuk formal kepada pemangku-kepentingan di luar perusahaan misalnya melaiui surat resmi, laporan resmi, website, dan lainnya. Sedangkan informal bisa berupa silaturahmi rutin melalui mengobrol di warung kopi, SMS, komunikasi lewat telepon genggam, atau lainnya. Metode pelibatan formal untuk pemangku-kepentingan di dalam perusahaan dapat berupa surat elektronik, surat resmi, laporan resmi, presentasi, dan lainnya. Sedangkan informal misalnya melalui percakapan langsung, WhatsApp Group, dan lainnya.

Terakhir perusahaan periu menyatukan semua strategi tersebut di atas daiam suatu perencanaan komprehensif strategi pelibatan pemangku-kepentingan yang mencakup:

  1. Kepada siapa perusahaan akan melakukan pelibatan?
    2. Dampak apa yang diharapkan dari kegiatan pelibatan tersebut? Misalnya diberikan izin sosial (social license to operate), diberi dukungan penuh, diberi izin formal, atau lainnya.
    3. Pesan apa yang perlu disampaikan dalam melakukan manajemen pemangku-kepentingan. Misalnya dalam memberikan informasi, menjalankan komunikasi, melakukan negosiasi atau lainnya.
    4. Media apa yang akan digunakan? Apakah formal, informal, atau bentuk pelibatan dalam aktivitas (community development atau kegiatan di proyek)
    5. Sumber daya apa saja yang dibutuhkan, misalnya: biaya, PIC (persons in charge), waktu atau jadwal, dan lainnya.

Dengan melakukan setiap tahap secara teliti dan seksama, diharapkan perusahaan dapat menjalankan proyek dengan lancar karena mendapat dukungan dari para pemangku-kepentingan yang relevan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top